Selasa, 17 Mei 2011

Nikmatnya mulut Sari

Beberapa tahun lalu ketika perusahaan tempat aku bekerja mendapatkan
kontrak suatu proyek pada sebuah BUMN besar di Bandung, selama setahun aku
ngantor di gedung megah kantor pusat BUMN itu. Fasilitas di gedung
kantor ini lengkap. Ada beberapa bank, kantor pas dan kantin. Kantorku di
lantai 3, di lantai 1 gedung ini terdapat sebuah toko milik koperasi
pegawai BUMN ini yang menyediakan kebutuhan sehari-hari, mirip swalayan
kecil. Ada 3 orang pegawai koperasi yang melayani toko ini, 2
diantaranya cewe. Seorang sudah berkeluarga, satu lagi single, 22
tahun, lumayan cantik, putih dan mulus, mungil, sebut saja Sari
namanya.
Awalnya, aku tak ada niat mengganggu Sari, aku ke toko ini karena
memang butuh makanan kecil dan rokok. Sari menarik perhatianku karena
paha mulusnya diobral. Roknya selalu model mini dan cara duduknya
sembarangan. CDnya sempat terlihat ketika ia jongkok mengambil dagangan
yang terletak di bagian bawah rak kaca etalase. Aku jadi punya niat
mengganggunya (dan tentu saja ingin menyetubuhinya) setelah tahu bahwa
Sari ternyata genit dan omongannya nyrempet-nyrempetdan agak kekanakan.
Niatku makin menggebu setelah Sari tak menunjukkan kemarahan ketika
beberapa kali aku menjamah paha mulusnya dan bahkan sekali aku pernah
meremas buah dadanya. Paling-paling ia hanya menepis tanganku sambil
matanya jelalatan khawatir ada orang yang melihatnya. Tentu ini ada
ongkosnya, yaitu aku tak pernah minta uang kembalian.
Agar bisa bebas menjamah, aku pilih waktu yang tepat jika ingin membeli
sesuatu. Ternyata pada pagi hari ketika toko baru buka atau sore hari
menjelang tutup adalah waktu-waktu aman untuk mengganggunya.
Kenakalanku makin meningkat. Mulanya hanya mengelus-elus paha, kemudian
meremas buah dada (masih dari luar), terus menyusupkan tangan ke BH
(kenyal, tak begitu besar sesuai dengan tubuhnya yang sedang), lalu
menekan-nekan kontolku yang sudah tegang ke sepasang bulatan pantatnya
yang padat. Bahkan Sari sudah berani meremasi kontolku walau dari luar.
Entah kenapa Sari mau saja kuganggu. Mungkin karena aku pakai dasi
sehingga aku dikiranya manager di BUMN ini, padahal aku hanya staf biasa
di perusahaanku. Aturan perusahaan memang mengharuskan aku pakai dasi
jika kerja di kantor klien.
Aku makin penasaran. Aku harus bisa membawanya, menggeluti tubuhnya yang
padat mulus, lalu merasakan vaginanya ! Mulailah aku menyusun rencana.
Singkatnya, Sari bersedia kuajak jalan-jalan setelah jam kerjanya,
pukul 5 sore. Tentang waktu ini mendjadi masalah. Walaupun jam kerja
resmiku sampai pukul 17, tapi aku jarang bisa pulang tepat waktu.
Seringnya sampai jam 19 atau 20. Aku coba menawar jamnya agak maleman
saja. Tak bisa, terlalu malam kena marah mamanya, katanya. Okelah,
nanti cari akal mencuri waktu. Pada hari yang telah disepakati, Sari akan
menunggu di jalan pukul 17.10. Dari kantor ke jalan memang makan
waktu 10 menit jalan kaki.
Pukul lima seperempat aku sudah sampai di jalan D. Kulihat Sari berdiri
di tepi jalan, tapi tak sendirian. Bu Maya (sebut saja begitu) kawan
sekerjanya yang telah berkeluarga ada di sampingnya. Celaka. Tadi Sari
bilang sendirian. Kalau bawa orang lain bisa terbongkar belangku oleh
kawan kantor. Hal ini sangat kuhindari.
Bu Maya cuma mau nebeng sampai halte kata Sari seolah mengetahui
kekhawatiranku. Syukurlah. Tapi, peristiwa ini harusnya tak seorangpun
boleh tahu.
Tenang aja Mas. rahasia dijamin, ya Sarikata Bu Maya sambil mengedip
penuh arti.
Setelah menurunkan bu Maya di halte, aku langsung mengarah ke Setiabudi.
Kalau sudah ada cewe duduk disampingku, seperti biasa mobilku langsung
cari hotel, wisma, guest-house, atau apapun namanya yang bertebaran di
daerah Setiabudi. Daerah yang sudah beken di antara para peselingkuh,
sebab sebagian besar tempat-tempat tadi menyediakan tarif khusus, tarif
istirahat antar 3sampai6 jam, 75 % dari room-rate.
Sari membiarkan tanganku mengelus-elus pahanya yang makin terbuka ketika
duduk di mobil. Penisku mulai bangun membayangkan sebentar lagi aku
bakal menggeluti tubuh mulus padat ini.
Kemana Mas tanya Sari ketika aku menghidupkan lampu sein ke kanan mau
masuk ke Hotel GE.
Kita cari tempat santai jawabku.
Jangan ah. Lurus aja
Kemana aku balik bertanya.
Kata Mas tadi mau jalan-jalan ke Lembang
Aku jadi ragu. Selama ini Sari memberi sinyal bisa dibawa, tapi
sekarang ia menolak masuk hotel. Tanganku kembali ke pahanya, bahkan
terus ke atas merabai CD nya.
Ihmasdilihat orang sergahnya menepis tanganku. Memang pada waktu yang
bersamaan aku menyalip motor dan si pembonceng sempat melihat kelakuan
tanganku.
Kami sampai di Lembang. Aku bingung. Tadi sewaktu aku mau belok kiri ke
Hotel lagi-lagi Sari menolak. Mau ngapain di Lembang ? Ke Maribaya
? Ah, itu tempat wisata, susah untuk begituan. Lebih baik mampir
dulu buat minum sambil atur taktik.
Kita minum dulu ke sini, ya..? ajakku untuk mampir di tempat minum susu
segar yang biasa ditongkrongi anak-anak muda.
Mau minum susu ? Enggaah. Mendingan minum susu Sari aja Aku tak
heran, bicaranya memang suka nyrempet
Bolehkataku sambil memindahkan tanganku dari paha ke belahan
kemejanya, menyusup ke balik BH-nya, meremas. Tak ada penolakan. Daging
bulat yang mengkal. Tak begitu besar tapi padat. Puting yang hampir
tak terasa, karena kecil. Celanaku terasa sesak. Sampai di perempatan
aku harus ambil keputusan mau kemana ?
Lurus ke Maribaya. Kanan kembali ke Setiabudi. Kiri ke arah
Tangkubanperahu. Kulepas tanganku dari susu segar Sari, aku belok
kiri. Tangan Sari kuraih kuletakkan di selangkanganku, lalu tanganku
kembali ke susu-segar. Tangannya memijit-mijit penisku (dari luar).
Berbahaya sebenarnya. Kondisi jalan yang penuh tikungan dan tanjakan
sementara konsentrasi tak penuh.
Hari mulai gelap, aku belum menemukan solusi masalahku, di mana aku akan
menggumuli Sari ? Di tepi kanan jalan ke arah Tangkubanperahu itu banyak
terdapat kedai-kedai jagung bakar. Kubelokkan mobilku ke situ, tapi cari
tempat parkir yang mojok dan gelap.
Mau makan jagung ? tanyanya.
Iya jawabku. Makan jagungmu.
Kuperiksa keadaan sekeliling mobil. Gelap dan sepi. Segera kurebahkan
jok Sari sampai rata, kuserbu bibirnya. Sari menyambut dengan permainan
lidahnya. Tanganku kembali meremasi bukit kecil kenyal itu sambil
secara bertahap mencopoti kancing kemejanya. Sari melepaskan ciuman,
bangkit, memeriksa sekeliling.
Jangan khawatir.aman kataku.
Mau minum susu tawarnya. Tawaran yang naif, sebab jawabannya begitu
jelas. Sari menarik sendiri sepasang cupnya ke atas sehingga sepasang
bukit putih itu samar-samar tampak. Dengan gemas kulumat habis-habisan
buah dadanya. Sekarang tonjolan putingnya lebih jelas, karena mengeras.
Tanganku menyusup ke balik CD-nya. Rambut kelaminnya yang tak begitu
lebat itu kuusap-usap. Sementara ujung telunjukku memencet kelentitnya.
Aaaahhhhhdesahnya.
Tangannya kutuntun ke selangkanganku. Ia meremas.
Buka kancingnya Sar. Sari menurut, dengan agak susah ia membuka
kancing, menarik resleting celanaku dan mengambil kontolku yang telah
keras tegang.
Beberapa menit kami bergumul dengan cara begini. Sampai ketika ujung
jariku mulai masuk ke pintu vaginanya, Sari berontak, bangkit,
lagi-lagi mencek keadaan. Di depan terlihat 2 orang pejalan-kaki menuju
ke arah kami. Sari cepat-cepat mengancing kemejanya, kutangnya belum
sempat dibereskan. Sementara aku kembali ke tempatku. Kontolku masih
kubiarkan terbuka berdiri tegak. Toh engga kelihatan. Kami berlagak alim
sampai kedua orang itu lewat.
Kembali kami bergumul. Keteganganku yang tadi sempat turun oleh
gangguan orang lewat, kini naik lagi. Pintu vagina Saripun sudah
basah. Saatnya untuk mulai. Kupelorotkan CD Sari. Tapi, masa kutembak
di mobil ? Rupanya Sari berpikiran sama.
Jangan Mas banyak orang..
Makanya kita cari tempat, ya..
Sari berberes sementara aku menstart mobil. Aku menyetir dengan posisi
kontolku tetap terbuka tegang.
Si joni udah engga tahan ya. goda Sari.
Iyyaaa. sini. kuraih tangannya menuju ke kontolku. Dielus-elus.
Tempat terdekat yang sudah kukenal adalah Hotel Kh, sedikit di bawah
Lembang. Dari jalan raya kubelokkan mobilku masuk ke lorong jalan khusus
ke hotel Kh.
Heeeee. stop stop Mas. serunya.
Lho kita kan cari tempataku menginjak rem berhenti.
Sari diam saja.
Di sini aman, deh Sar
Udah malem.. Mas. Lain kali aja ya ? Aku mulai jengkel. Si Joni mana
mau mengerti lain kali !
Ayolah Sar, sebentar aja, sekali aja
Maaf Mas, lain kali saya mau dehbener. Sekarang udah kemaleman.
Saya takut dimarahin mama Aku diam saja, jengkel.
Bener.Mas. lain kali saya mau.. katanya lagi meyakinkanku.
Aku mengalah, toh masih banyak kesempatan. Aku kembali menuju Bandung.
Kira-kira 100 m sebelum hotel GE, kembali aku membujuk Sari untuk
mampir. Lagi-lagi Sari menolak sambil sedikit ngambek. Aku terus tak
jadi mampir.
Sampai di jalan lurus menjelang terminal Ledeng, macet sekitar seratusan
meter. Tempat ini memang biasa macet. Selain keluar/masuknya angkot,
juga ada pertigaan jalan Sersan Bajuri. Iseng mengantre, kuambil tangan
Sari ke kontolku yang masih belum kusimpan, Sari menggosoknya. Lepas
dari kemacetan tiba-tiba Sari memberi tawaran nikmat.
Mau dicium?
Dengan senang hati
Segera saja Sari membungkuk melahap kontolku yang sudah ngaceng lagi.
Kepalanya naik turun di pangkuanku. Nikmatnya..Baru kali ini aku
menyetir sambil dikulum. Aku memperlambat jalan mobilku, menikmati
kulumannya sambil mata tetap mengawasi kendaraan lain. Sementara rasa
nikmat menyelimuti bawah badanku, deg-degan juga dengan kondisi yang
aneh ini. Sampai di pertigaan jalan Panorama macet lagi. Situasi
ramai. Kuminta Sari melepas kulumannya, banyak orang lalu-lalang.
Lepas dari kemacetan kembali Sari memainkan lidahnya di leher penisku.
Ada untungnya juga jalanan macet. Aku punya waktu untuk menurunkan tensi
sehingga bisa bertahan lama. Oohhhhhh.sedapnya lidah itu mengkilik-kilik
leher dan kepala kelaminku. Nikmatnya bibir itu turun naik menelusuri
seluruh batang penisku Sayangnya, aku harus membagi konsentrasiku ke
jalan.
Menjelang pertigaan Cihampelas Sari melepas jilatannya, bangkit melihat
sekeliling.
Sampai dimana nih? tanyanya terengah.
Hampir Cihampelas jawabku.
Mampir ke Sultan Plaza..ya Mas
Mau ngapain ?
Mama tadi pesan. Okey, mendadak aku ada ide untuk melepaskan
ketegangan selepas-lepasnya tanpa terpecah konsentrasi.
Aku masuk ke Plaza, cari tempat parkir yang aman, di belakang bangunan.
Sengaja kupilih tempat yang gelap. Kucegah Sari membuka pintu hendak
turun.
Ohya.sini Sari rapiin
Kutari kepala Sari begitu ia membungkuk akan merapikan celanaku.
Terusin.Sar… perintahku.
Sari bangkit lagi. Kukira ia mau menolak, tahunya hanya melihat
sekeliling. Aman. Kembali kepala Sari turun-naik mengemoti kontolku.
Kini aku bisa konsentrasi ke rasa nikmat di ujung penis. Sedaaaapp..!
Sari memang pintar berimprovisasi. Kelihatannya ia sudah biasa
ber-oral-sex. Lidahnya tak melewatkan seincipun batang kemaluanku.
Kadang ditelusuri dari ujung ke pangkal, kadang berhenti agak lama di
leher. Kadang bibirnya berperan sebagai bibir bawahnya, menjepit
sambil naik-turun. Terkadang nakal dengan sedikit menggigit ! Aku
bebas saja mendesah, melenguh, atau bahkan menjerit kecil, tempat
parkir yang luas itu memang sepi. Ketika mulutnya mulai melakukan gerakan
hubungan-kelamin, perlahan aku mulai naik, rasa geli-geli di ujung
sana semakin memuncak. Saatnya segera tiba.
Dicepetin.. Sar..
Sari bukannya mempercepat, malah melepas.
Uh. pegel mulut saya.
Sebentar lagi. Sar
Kembali ia melahap. Kali ini gerakan kepalanya memang cepat. Aku menuju
puncak. Sari makin cepat. Sebentar lagi. hampir..! Sari mempercepat
lagi, sampai bunyi. Hampirhampir..dan srooottt.Kusemprotkan maniku
ke dalam mulut Sari. Aku melayang.
Uuhhhh Sari melepaskan kulumannya, srot kedua dan seterusnya ke celana
dan perutku.
Iihhh.engga bilang mau keluarjijik katanya sambil mencari-cari tissu.
Aku rebah terkulai. Sementara Sari membersihkan mulutnya dengan tissu..!
Beberapa saat kemudian.
Yukmasturun
Entar dong Aku bersih-bersih diri. Celaka, noda yang di celana tak
bisa hilang.
Kamu sendiri deh
Sama Mas dong
Ini..engga bisa ilang kataku sambil menunjuk noda itu.
Bajunya engga usah dimasukin sarannya. Betul juga.
Akhirnya aku membayar belanjaan Sari. Aku diminta ikut belanja karena
maksudnya memang itu. Aku juga memberinya uang dengan harapan agar lain
kali bisa kusetubuhi.
Esoknya ketika aku membeli rokok, Sari kelihatan biasa saja tak berubah.
Masih genit dan kekanakan. Peristiwa semalam tak mengubah prilakunya.
Aku yang makin penasaran ingin menidurinya. Pernah suatu pagi sekali
tokonya belum buka tapi Sari sudah datang sendirian sedang merapikan
barang-barang, kukeluarkan penisku yang sudah tegang karena sebelumnya
meremas dadanya. Kuminta Sari mengulumnya di situ.
Gila..! entar ada orang
Belum ada.ayo sebentar aja
Diapun mengulum sambil was-was. Matakupun jelalatan memperhatikan
sekeliling. Kuluman sebentar, tapi membuatku excited !
Setiap ada kesempatan untuk pulang jam 5, aku selalu mengajak Sari.
Beberapa kali ia menolak. Macam-macam alasannya. Sedang mens, mau
ngantar adik, ditunggu mamanya. Sayang sekali, sampai Sari pindah kerja
aku tak berhasil menidurinya!
Tapi kemarin, setelah hampir 2 tahun, aku ketemu Sari di BIP berdua sama
teman cewe. Dia rupanya sudah tak kerja di toko koperasi itu lagi,
sekarang kerja di Bagian Administrasi di sebuah Guest House. Jelas aku
mencatat nomor teleponnya. Letak tempat kerjanya tak jauh dari kantor itu.
Hanya, kemungkinan ketemu kecil, sebab proyekku di kantor itu telah
selesai. Aku penasaran !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar